Rabu, 26 Mei 2010

The Story of True Love





Bener-bener terharu dengan kisah cinta Pak Habibie dan Ibu Ainun Habibie . Kesetiaan Pak BJ Habibie berjanji setia untuk selalu menemani ibu Ainun hingga ke tempat peristirahatan terakhir . Hingga akhir hayat Ibu Ainun , Pak Habibie pun masih setia, hingga Pak Habibie tak kuasa menahan air mata saat pemakaman Istrinya. Cintanya kepada istrinya begitu besar :')






Almarhumah yang menjadi Ibu Negara saat mendampingi sang suami sebagai Kepala Negara –walau dalam waktu singkat– namun momen yang sangat menentukan sejarah perjalanan bangsa ini. Hanya dengan cinta yang dahsyat-lah yang mampu menopang Sang Suami mengantarkan bangsa melewati krisis multidimensi yang melilit Indonesia pada tahun 1998-1999. Dan beliau berhasil melewatinya. Sungguh mulia baktinya ya Allah .

Seorang Ibu yang ramah dengan senyum yang mengembang dan sangat setia mendampingi suami dalam berbagai situasi senang atau sulit, sosok sederhana dan tidak menonjolkan diri walau sudah menjadi Ibu Negara. Hanya nilai – nilai kebajikan yang keluar dari lidah setiap orang mengenal sosok seorang Bunda Hasri Ainun Habibie.

Dan Pak Bacharudin Jusuf Habibie “membalas” cintanya dengan setia berikrar mendampingi “satu atap” sejak pertama masuk rumah sakit hingga prosesi pemakamannya.

Menyimak kisah kasih mereka berdua sungguh membuat iri rasanya. 48 tahun pernikahan mereka yang tidak bisa diungkapan dan tak bisa dituliskan dengan kata-kata. Tidak pernah terdegar kisah pilu atau memalukan dari keluarga ini maupun dari anak-anak beserta menantu mereka.


Kepada para tamu, Habibie juga menceritakan rencana berliburnya bersama almarhumah sang istri menggunakan kapal laut dari Singapura ke Inggris selama satu bulan. Pelayaran ini merupakan terapi hirup udara laut untuk menekan perkembangan bakteri yang menjangkit paru-paru Ainun.
Namun, rencana itu berubah karena kondisi Ainun memburuk. "Dia (Ainun) segera harus diobati," kata Habibie. Habibie lantas mengubah perjalanan menuju Jerman untuk mengobati sang istri. Ternyata Tuhan berkehendak lain. Ibu Hasri Ainun Habibie wafat Sabtu 22 Mei, waktu Jerman Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat disana sejak beberapa waktu & istrinya mengidap penyakit Alzheimer.
Lalu kutanya apkah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 thn terakhir.

Dr. Ahsan sangat terkejut & berkata, "Dan bapak masih kesana setiap hari walaupun istri bapak sudah tidak kenal lagi?"
Dia tersenyum, seketika itu tangannya menepuk tangan Dr. Ahsan sambil berkata, "Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia kan?"

Dr. Ahsan menahan air mata sampai Pak Habibie pergi
:') tangan Dr. Ahsan masih tetap merinding, "Cinta kasih seperti itulah yang semua kita mau dalam hidup"

Bagi Habibie, Hasri Ainun yang dinikahinya 48 tahun silam adalah cinta sejatinya, sehidup semati. Wajar ketika melepas sang istri terkasih ke liang lahat, kemarin siang, Habibie tak kuasa menahan tangis.
Ainun Habibie memang sosok perempuan yang lembut dan setia mendampingi suami dalam suka maupun duka. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai Ainun adalah perempuan bersahaja yang berhati mulia.
"Ainun adalah kebanggaan bagi kaum wanita Tanah Air," kata Presiden Yudhoyono
Cinta sesungguhnya seharusnya tidak bersifat fisik atau romantisme belaka.
Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi. Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.



"Saya dilahirkan untuk Ainun, dan Ainun dilahirkan untuk saya"
-B J Habibie-

"Ainun, saya sangat mencintai kamu, tetapi Allah lebih mencintai kamu sehingga saya merelakan kamu pergi" -B J Habibie-



Selamat Jalan Ibu Ainun , jasa-jasa mu tak akan pernah kami lupakan :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar